ANGKLUNG, ALAT MUSIK ANTI STRESS ?

ANGKLUNG, ALAT MUSIK ANTI STRESS ?

Single_note_angklung
Gambar Alat Music Angklung

Dulu waktu kelas 4 SD, saat saya mulai dikenalkan secara mendalam dengan alat musik Angklung oleh guru kelas, saya ingat sekali bagaimana luar biasanya perasaan senang, bahagia dan antusiasme saya memainkan alat musik tradisional dari bambu yang satu ini.

Getaran suaranya yang khas, melengking merdu, apalagi jika dimainkan secara berkelompok dalam beberapa oktaf nada, benar-benar membuat saya merasakan yang namanya jatuh cinta pada pendengaran pertama.

Dahulu saat saya kecil tidak pernah menyangka jika Angklung akan mendunia, tidak pernah menyangka jika Angklung bakal sangat populer dimainkan oleh banyak orang di seluruh dunia, mengingat alat musik ini adalah kategori alat musik tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat.

Akhirnya pada tanggal 16 November 2010 UNESCO telah secara resmi menetapkan Angklung sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia.

Sejak saat itulah setiap tanggal 16 November dunia memperingati Hari Angklung Internasional.

Raksasa internet Google pun tidak pernah absen menampilkan gambar ikon menarik terkait Angklung pada google doodlenya di tanggal tersebut.

Di berbagai belahan negara banyak diselenggarakan event akbar pertunjukan Angklung, termasuk meningkatnya penjualan aneka merchandise yang berkaitan dengan Angklung, bukan hanya di saat hari Angklung sedunia itu saja.

Indonesia sendiri tercatat berhasil memecahkan rekor dunia untuk pergelaran Angklung terbesar, yaitu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada 5 Agustus 2023. Rekor pergelaran Angklung yang dicatat oleh Guinness Book of World Records tersebut diikuti oleh 15.110 peserta.

Pengalaman menarik saya selama setengah tahun bekerja di Mitra Prodin terkait Angklung ini adalah saat melakukan aktivitas CSR (Corporate Social Responsibility) di Yayasan Taman Permata Hati di Ubud, Bali pada bulan Oktober 2023.

Di tempat itu saya bersama beberapa rekan kerja mendapat kesempatan berlatih memainkan Angklung dalam pementasan bersama anak-anak yatim piatu, dan mendapat sambutan cukup antusias dari warga lokal maupun wisatawan mancanegara yang menyaksikan pementasan itu.

Pengalaman yang sangat mengesankan, bisa merasakan bersatunya perpaduan harmoni, melodi dan compassion atau kasih sayang antara sesama manusia, sebagai implementasi salah satu RICE value Mitra Prodin.

Berbicara tentang Sejarah Angklung, pada jaman Kerajaan Sunda di abad 12 – 16 dulu masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi sebagai makanan pokoknya, memainkan alat musik terbuat dari bambu semacam Angklung ini sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Angklung pada mulanya diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

Angklung adalah alat musik yang cukup unik, terdiri dari tiga bagian utama yaitu tabung suara, tabung dasar dan rangka, dibunyikan dengan cara digoyangkan, dimana bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.

Ini yang menyebabkan suara Angklung terasa khas dan menarik.

Saking menariknya, saya sebagai “anak kimia”, yang sejak kelas 1 SMA sudah jatuh cinta dengan ilmu kimia dan meneruskan kuliah di program studi kimia, tergerak untuk mencari tahu data tentang kaitan aktivitas bermain Angklung ini dengan ilmu kimia.

Dan ternyata sudah ada eksperimen penelitian yang mencoba mencari kebenaran ilmiah tentang hubungan bermain alat musik Angklung dengan perasaan nyaman, rileks atau bahagia pada manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh bermain Angklung dan berlatih diam sebagai satu kesatuan latihan harmoni nada terhadap emosi dan kognisi manusia serta kadar oksitosin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bermain Angklung dan mempraktekkan keheningan secara signifikan meningkatkan kadar oksitosin.

Oksitosin adalah hormon yang diproduksi oleh hipotalamus. Hipotalamus adalah kelenjar kecil seukuran kacang almond yang terletak di tengah otak kepala kita.

Oksitosin bertindak sebagai pembawa pesan kimiawi di otak, dan berperan dalam perilaku sosial, seperti gairah cinta, kepercayaan, ketidakcemasan dan ikatan ibu-anak. Oleh karena itu, oksitosin ini dikenal juga sebagai “hormon cinta” atau “bahan kimia pelukan”.

Hasil penelitian memang tidak serta merta bisa menyimpulkan adanya hubungan langsung dan pasti antara bermain Angklung dengan perubahan tingkat emosi dan kognisi manusia, tapi dengan adanya peningkatan kadar oksitosin, setidaknya ada potensi kemungkinan terjadi perbaikan suasana hati dalam diri seseorang.

Jadi rekan-rekan RICE people, jika mungkin diantara kita ada yang sedang galau, gelisah, sedih, stress atau depresi, tidak ada salahnya kalau kita coba datang ke sanggar seni atau tempat-tempat tertentu yang menyediakan alat musik Angklung dalam satu set lengkap harmoni nada, atau yang menyelenggarakan kegiatan kelompok belajar Angklung bersama.

Selain berpotensi sebagai relaksasi pikiran, bermain Angklung juga sebagai bentuk kepedulian kita melestarikan alat musik tradisional asal bumi pertiwi yang kini sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

(Budi Kristanto)

Yuk Daftar di Digital Bulletin Join

X