Saat Kebohongan Menyamar Menjadi Kebenaran
Karyawan yang cerdas adalah karyawan yang sebelum sharing posting konten bisa menyaring dan membedakan dulu apakah suatu konten hoaks atau fakta.
Perhelatan Pemilu dengan segala hingar bingar kampanyenya baik itu di dunia nyata maupun jagat maya, benar-benar cukup menguras energi sebagian besar anak bangsa.
Rekan-rekan RICE People, perbedaan pilihan adalah suatu keniscayaan, seharusnya tidak perlu menjadi masalah yang memicu pertikaian atau benih-benih permusuhan. Tapi sayang fakta di lapangan tidak semudah itu ya.
Banyak contoh nyata, gara-gara seorang teman kantor merepost sebuah artikel berita di akun medsosnya, teman lain yang berbeda pilihan terpancing menanggapi, disusul teman lainnya lagi, hingga ramailah perdebatan diantara mereka yang ujung-ujungnya menyulut emosi hingga berakhir dengan permusuhan.
Dalam beberapa kasus, Penulis mengamati bahwa sebagian pemicu pertengkaran itu ternyata adalah karena tindakan seseorang yang mengupload atau memposting ulang sebuah artikel berita ataupun foto atau potongan video yang setelah ditelusuri mendalam ternyata itu terbukti hoaks alias konten palsu yang tidak sesuai fakta.
Ni Kadek Dwi Cahyanti, karyawati Mitra Prodin yang sudah bergabung dengan Perusahaan Manufaktur terbesar di Bali ini sejak Juli 2019 dan saat ini bekerja sebagai Admin Warehouse FG, mengungkapkan keprihatinannya kepada Penulis terkait konten hoaks ini.
“Jika yang diposting adalah materi berita atau video nyata sesuai fakta, dengan tujuan untuk mengedukasi orang lain supaya mempertimbangkan pilihannya agar mau beralih pilihan, itu masih bisa diterima akal sehat.”
Ya benar, selama dilakukan dengan cara yang beretika, penyebaran konten fakta sebagai materi adu argumentasi untuk menentukan sosok pemimpin pilihan adalah hal yang mendidik dan mencerdaskan.
“Tapi jika yang diposting ternyata adalah materi berita atau video palsu atau hasil editan, itu yang biasanya menimbulkan amarah orang lain karena sudah masuk kategori fitnah dan bentuk pembodohan,” demikian kata Dwi Cahyanti, saat diwawancarai Penulis di ruang kerjanya, Senin 5 Februari 2024.
Itulah sebabnya rekan-rekan RICE people, sebagai anak bangsa yang mestinya peduli dengan ancaman terbesar sebuah bangsa yaitu “disintegrasi”, apalagi kita sebagai bagian dari ribuan karyawan Mitra Prodin yang menjunjung tinggi RICE Value (Respect, Integrity, Compassion, Excellence) , sudah semestinya kita wajib selalu menyaring dulu setiap konten yang menurut kita sangat menarik dan ingin kita posting ulang ke orang lain.
Cara mengecek sebuah konten apakah hoaks ataukah fakta bisa dengan cara kita lakukan penelusuran perbandingan dari searching google, atau bisa melakukan pengecekan melalui situs cekfakta.com, turnbackhoax.id, atau bisa juga cek di stophoax.id.
RICE people, saat ini dunia mengalami era post-truth atau pasca kebenaran yang ditandai dengan lebih dominannya keyakinan pribadi atas sebuah informasi dibanding fakta kebenaran sesungguhnya. Kondisi ini menyebabkan makin mudah tersebarnya hoaks atau berita bohong, terutama isu-isu terkait sosial politik saat ini.
Fenomena era post truth ini adalah suatu era dimana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran. Caranya dengan memainkan emosi dan perasaan netizen, karena kebohongan yang terus menerus digaungkan lama-lama akan bisa diterima menjadi suatu kebenaran.
Maraknya teknologi internet saat ini, dengan makin canggihnya editing konten memakai AI (Artificial Intelligence), menjadi tantangan kita semua untuk makin cerdas menyaring konten hoaks ini.
Sekarang pilihan ada di kita masing-masing. Apakah kita akan ikut menjadi pelaku pembodohan yang ikut menyebarkan hoaks alias kebohongan yang menyamar menjadi kebenaran itu, ataukah kita akan menjadi bagian dari orang-orang cerdas dan kritis yang bisa menyaring aneka informasi?
(Budi Kristanto)