Inspirasi dari Seorang Pria Tua Sopir Truk
Pada suatu siang yang terik di area bongkar muat Warehouse Finished Goods Mitra Prodin, di dekat truk Wingbox yang sedang diparkir menunggu proses stuffing, saya tergerak melihat Pak Dion (panggilan akrab Pak Sukardiyono, Warehouse Supervisor FG) sedang sangat seru dan asyik berbincang dengan sang sopir truk.
Dari kejauhan sopir truk itu nampak sudah sangat tua namun tidak terlihat lelah.
Gerak tubuhnya yang enerjik dan penuh semangat membuat saya tertarik mendekati dan bergabung dalam perbincangan siang itu.
Dan benar juga, ternyata berkenalan dan berbincang-bincang dengan bapak tua sopir truk itu memang sangat seru dan memberi saya banyak inspirasi tentang hidup.
Pak Tohir, demikian nama bapak tua sopir truk itu. Usianya sudah 70 tahun.
Sekilas pasti banyak orang akan meragukan kemampuan pria tua itu mengendarai truk besar semacam wingbox yang berukuran panjang sekitar 12 meter lebar 2,6 meter dan tinggi sekitar 4 meter itu. Tapi demikianlah faktanya. Dia sudah sangat terbiasa melakukan perjalanan jarak jauh membawa truk besar berisi aneka macam muatan berat.
Mengorek lebih dalam tentang sosok pak Tohir membuat saya dan Pak Dion semakin terkesima.
Wawasan pengetahuannya sangat luas. Dia bisa menceritakan dengan sangat hapal di luar kepala begitu banyak peristiwa sosial politik dan nama-nama tokoh dari jaman tahun 1970-an saat dulu usianya masih belasan tahun, kemudian era 1980-an hingga sekarang.
Misalnya kisah Menteri Pendidikan era Orde Baru Daoed Joesoef, peristiwa kudeta pemimpin Pakistan Zulfikar Ali Bhutto tahun 1977, dan masih banyak lagi kisah tokoh tokoh nasional maupun dunia lainnya.
Bahkan dia hapal 7 generasi walikota Surabaya sejak tahun 1967 yaitu Raden Soekotjo Sastrodinoto, Raden Soeparno, Moehadji Widjaja, Poernomo Kasidi, Soenarto Soemoprawiro, Bambang Dwi Hartono, sampai era tahun 2000 yaitu Tri Rismaharini. Saking saya penasarannya, saya coba crosscheck di Wikipedia dan memang benar apa yang diceritakan oleh Pak Tohir itu. Luar biasa wawasan & daya ingatnya.
Rekan-rekan RICE people pasti akan makin terkesima jika mendapati fakta lain dari sosok Pak Tohir, yaitu bahwa dia hanya lulusan kelas 5 SR (Sekolah Rakyat, setara Sekolah Dasar pada jaman dulu).
Kegemarannya membaca di waktu senggang membuat wawasan pengetahuannya luas. Dia mengaku membaca apa saja yang menurut dia perlu dan menarik untuk dibaca dan diketahui, karena dia punya prinsip tidak ingin menjadi seperti “katak di bawah tempurung”.
Minat membacanya sudah dipupuk sejak mulai kerja mencari uang umur 13 tahun, yaitu berjualan es ganefo dan roti goreng di Surabaya tahun 1967, lalu saat menjadi tukang becak selama 3 tahun, kuli kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kenek truk hingga sekarang menjadi sopir.
Pria kelahiran Januari 1954 (sesuai data KTP yang dia tunjukkan ke saya) itu mempunyai 5 anak, dimana putri bungsunya yang kelahiran 1998 adalah Sarjana lulusan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sambil memperlihatkan galeri fotonya di HP saat momen wisuda putri bungsunya lulus Kedokteran, Pak Tohir menceritakan pengalaman hidupnya yang pernah mengalami musibah kecelakaan pada tahun 1976 yang membuat kepalanya harus dioperasi bedah, kemudian kecelakaan kedua tahun 1992 di tol dalam kota Surabaya saat membawa truk Fuso.
Karena keuletan, kerja keras dan kesabarannya, dia berhasil mengangkat derajat anak-anaknya ke tingkat kehidupan yang relatif lebih baik.
Diberi berkah umur panjang hingga usia 70 tahun dan masih kuat sehat, Pak Tohir menyikapinya dengan banyak berbenah menata hidup dengan penuh kesadaran.
“Sambil terus banyak membaca untuk memperkaya wawasan pengetahuan, melatih otak dan mencegah pikun, Saya banyak bersyukur, apapun kondisinya saya sikapi dengan sabar, tidak selalu mengeluh atau mengumpat,” demikian ungkap Pak Tohir, seorang pria tua pengemudi truk besar Wingbox yang bahkan lulus SD pun tidak, tapi sudah cukup membuat saya terkesima sekaligus agak prihatin.
Kenapa prihatin? Ya, karena jika saya bandingkan dengan kecenderungan sekarang, cukup banyak generasi muda yang rendah minat bacanya, termasuk untuk membaca isi Bulletin Digital RICE Mitra Prodin ini pun, berdasar data google page analytics, masih sangat kurang.
Semoga sosok pria tua sopir truk seperti Pak Tohir ini bisa menginspirasi kita semua tentang arti keuletan, kerja keras, kesabaran, sekaligus budaya rajin membaca untuk memperkaya wawasan pengetahuan.
(Budi Kristanto)